Kisah-kisah alquran

A. PENGERTIAN ULUMUL QUR'AN
Ilustrasi Kaligrafi. Pixabay

Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an (‘Ulûm Al-Qur’an) adalah ilmu-ilmu yang membahas segala sesuatu tentang Al-Qur’an, mulai dari pengertian Al-Qur’an, pengertian wahyu, sejarah turunnya Al-Qur’an, sejarah pengumpulan Al-Qur’an, makkiyah dan madaniyah, latar belakang turunnya ayat atau kelompok ayat tertentu, kisah-kisah dalam Al-Qur’an, mukjizat Al-Qur’an dan lain sebagainya sampai kepada pembahasan tentang tafsir Al-Qur’an.

Pengertian Ulumul Qur’an seperti yang disebutkan dalam alinea di atas dapat kita temukan dalam definisi yang dibuat oleh para ulama Ulumul Qur’an walaupun tidak dengan ungkapan yang persis sama. Sebagai contoh mari kita lihat beberapa definisi berikut ini:

1. Mannâ’ al-Qaththân:
ثيح نم نآرقلاب ةقلعتلما ثابحلأا لوانتي يلذا ملعلا كيلما ةفرعمو ،هبيترتو نآرقلا عجمو ،لونزلا بابسأ ةفرعم يرغ لىإ ،هباشتلماو ِمَكْحُملاو ،خوسنلماو خسالناو ،نيدلماو
1نآرقلاب ةلص له امم كلذ

“Ilmu yang meliputi beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turun ayat, pengumpulan Al-Qur’an dan penyusunannya, pengetahuan tentang makki dan madani, nâsikh dan mansûkh, muhkam dan mutasyâbih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Al-Qur’an.”

2. Muhammad ‘Abd al-Azhîm az-Zarqâni
هبيترتو لهوزن ةيحان نم ميركلا نآرقلاب قلعتت ثحابم هخسانو هزاجعإو هيرسفتو هتءارقو هتباتكو هعجمو .2كلذ ونحو هنع هبشلا عفدو هخوسنمو

“Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an al-Karim, baik dari segi turunnya, susunannya, pengumpulannya, penulisannya, qirâahnya, tafsirnya, kemukjizatannya, nâsikh dan mansûkhnya, dan menolak tuduhan-tuduhan terhadapnya dan lain-lain semacamnya.”
Jika ditinjau dari segi bahasa semata, maka semua ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an dapat disebut sebagai Ulumul Qur’an. Tetapi di dalam sejarah ilmu ini, ilmu-ilmu yang sekali pun berasal dari kajian tentang Al-Qur’an, tetapi sudah menjadi ilmu sendiri, tidak dimasukkan dalam kategori Ulumul Qur’an. Misalnya ilmu fiqh dan ushul fiqh, sekalipun pada awalnya ilmu itu lahir dari kajian terhadap ayat-ayat tentang masalah hukum dalam Al-Qur’an, tetapi karena sudah berkembang sedemikian rupa dan sudah menjadi ilmu sendiri, maka kedua ilmu tersebut tidak dimasukkan dalam kajian Ulumul Qur’an. Demikian juga ilmu nahwu dan sharf, sekali pun pada awalnya bermula dari kajian terhadap bahasa Al-Qur’an, tetapi karena sudah berkembang demikian rupa sehingga menjadi ilmu berdiri sendiri, maka ilmu nahwu dan sharf tidak dimasukkan dalam bagian dari Ulumul Qur’an. Begitu juga ilmu aqidah atau ilmu tauhid, sekali pun pada mulanya berawal dari pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an menyangkut masalah aqidah, tetapi karena sudah berdiri sendiri, maka ilmu ini tidak dimasukkan dalam bagian Ulumul Qur’an. 

B. RUAN LINGKUP ULUMUL QUR’AN

Ruang lingkup Ulumul Qur’an adalah segala pembahasan mengenai Al-Qur’an baik langsung maupun tidak langsung. Dalam buku ini, ruang lingkup Ulumul Qur’an dapat terlihat dalam daftar isi sebelumnya. Mula-mula dibahas tentang pengertian Al-Qur’an, baik secara etimologis maupun terminologis, termasuk di dalamnya tentang wahyu. Kemudian dibahas tentang bagaimana cara Al-Qur’an turun dari Allah SWT ke Lauh Mahfûzh, dari Lauh Mahfûzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia, dan dari Baitul ‘Izzah kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu dibahas tentang makkiyah dan madaniyah, apa yang menjadi ukuran satu surat atau ayat dikelompokkan menjadi makkiyah dan madaniyah, apakah tempat turunnya, waktu turunnya atau sasaran kepada siapa pesan-pesan Al-Qur’an disampaikan. Para ulama juga tidak lupa membahas tentang ayat yang pertama dan terakhir turun secara mutlak dan juga yang pertama dan terakhir turun dalam tema-tema tertentu.

Pembahasan dilanjutkan tentang sejarah pengumpulan Al-Qur’an, baik dari sisi hafalan dan penulisannya, mulai dari zaman Rasulullah SAW, zaman Khalifah Abu Bakar ash-Shiddîq dan zaman Khalifah Utsmân ibn ‘Affân. Tidak lupa pada bagian ini dikemukakan beberapa tuduhan tentang pengumpulan Al-Qur’an dan jawaban terhadap tuduhan-tuduhan tersebut. Seterusnya dibahas tentang ayat dan surat, berapa jumlah ayat dan surat-surat Al-Qur’an, susunan ayat dan surat-surat, dan juga penamaan masing-masing surat, apakah susunan dan penamaan itu bersifat tauqîfi atau taufîqi?


Artikel lengkap silahkan undah di bawah ini :

Baca juga artikel lain di sini

0 Comments

Mohon berkomentar tidak menyebarkan spam dan berikan informasi untuk edukasi.