Ikhlas artinya adalah


Makna Ikhlas

A.Pengertian Ikhlas

Ikhlas ditinjau dari sisi bahasa berasal dari kholusho, yaitu kata kerja intransitif yang artinya bersih, jernih, murni, suci, atau bisa juga diartikan tidak ternoda (terkena campuran). Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal- hal yang bisa mencampurinya. Dalam al-Qur’an disebutkan:


“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS. an-Nahl: 66)
Pada ayat di atas Allah swt. telah memberikan pelajaran bagi kita lewat binatang ternak. Betapa Dia telah memisahkan susu dari bercampurnya kotoran dan darah, padahal ketiga macam benda tersebut sama-sama berada dalam satu tubuh (perut). Demi- kian itulah makna ikhlas, yakni sesuatu yang bersih dan murni dari

segala campuran. Dikatakan bahwa “madu itu murni” jika sama sekali tidak tercampur dengan campuran dari luar.
Selanjutnya, setelah mengalami penambahan huruf men- jadi akhlasho, maka kata itu berubah menjadi transitif yang berarti membersihkan atau memurnikan. Orang yang membersihkan atau memurnikan dikatakan sebagai al-mukhlis. Dalam al-Qur’an dise- butkan:


“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyem- bah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menja- lankan) agama yang lurus …” (QS. al-Bayyinah: 5)
Maka, orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak’ riya dalam beramal.

Sedangkan lawan dari ikhlas adalah isyrak, yang berarti menyekutukan. Ikhlas dan lawannya ini berkenaan dengan tujuan atau niat seseorang. Niat adalah sesuatu yang mengacu kepada berbagai respon bermacam hal yang membangkitkan. Apabila faktor pem- bangkit amal perbuatan hanya satu, maka perbuatan itu disebut ikhlas dalam kaitannya dengan apa yang diniatkan, yaitu Allah. Se- dangkan orangnya disebut sebagai mukhlish. Dan apabila faktor pem- bangkit tersebut ada dua atau lebih, maka sudah bisa dikategori- kan bahwa tanda-tanda tidak ikhlas telah muncul ke dalam hati kita. Faktor pembangkit lain dalam amal yang bisa merusak keikhlasan yaitu: riya’ (pamer), sum’ah (ingin didengar orang), dan ‘ujub (mem- banggakan diri). Dan orang yang menyekutukan dalam amal disebut musyrik.

Selanjutnya, para ulama bervariasi dalam mendefinisikan ikhlas, namun hakikat dari definisi-definisi mereka adalah sama. Di antara mereka ada yang mendefinisikan bahwa ikhlas adalah “men- jadikan tujuan hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau arahkan kepada Allah bukan kepada manusia.

Ada yang mengatakan bahwa ikhlas adalah “membersih- kan amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang me- lakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersihkan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu itu. Cukuplah Allah saja yang memperhatikan amalan kebajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu itu untuk-Nya.

Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah “samanya amalan-amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang ada di batin.”

Ada pula yang mengungkapkan bahwa ikhlas adalah, “me- lupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada Allah”, yaitu engkau lupa bahwasanya orang-orang memperhati- kanmu karena engkau selalu memandang kepada Allah, yaitu seakan-akan engkau melihat Allah.

Ulama terkenal Abi Qasimy al-Qusyairi berkata, “Ikhlas adalah menjadikan tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah swt. Dia ingin mendekatkan diri kepada Allah. Bukan untuk menda- pat pujian.”

Hasan al-Banna berkata tentang makna ikhlas, “Ikhlas ada- lah seorang saudara muslim yang bermaksud dengan kata-katanya, amalnya, dan jihadnya, seluruhnya hanya kepada Allah, untuk men- cari ridha Allah dan balasan yang baik dari Allah dengan tanpa melihat kepada keuntungan, bentuk, kedudukan, gelar, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian ia menjadi tentara aqidah dan fikrah dan bukan tentara keinginan atau manfaat.”


Artikel lengkap silahkan unduh dibawah ini :


Baca juga artikel berikutnya :

0 Comments

Mohon berkomentar tidak menyebarkan spam dan berikan informasi untuk edukasi.